Di tengah malam buta selalu ada saja
kisah-kisah yang akan pecah berantakan di pucuk sepi, Saat itu malam
menerbangkan embun, lalu angin menghela memedihkan mata.
Seiring berjalannya waktu, apa yang
terjadi dengan Fendi yang terserang stroke 6 bulan yang lalu, ia tak
pernah mau mengerti, sifatnya berubah menjadi sensitif dan pemarah dan
lebih parahnya stroke itu menyerang otaknya, hingga kadang kelakuannya
seperti anak-anak alias linglung, kemauannya harus selalu dituruti.
Dina istri Fendi kadang gemas dan tidak sabar menghadapi suaminya. Dina
tak tau harus berbuat apa-apa, karena Fendi tak dapat di tinggal di
rumah sendiri
Setiap tengah malam, dinihari tepatnya
pukul 2:00, Fendi gelisah, ia selalu terjaga dari tidurnya dan ada saja
ulahnya bagai orang tak waras yang membuat seisi serumah ikut
terbangun.
“Prang prang prang….” terdengat suara
kaca pecah.” Dina dan anak-anak serta ibunya terbangun. Terlihat
beberapa piring pecah berantakan…,
“Aduh pak, lagi ngapain sih malam-malam begini, itu kenapa bisa pecah” ?
tanya dina dengan geram
Sambil terisak Fendi menjawab, “bapak
lapar, bu”. Fendi sangat takut pada istrinya yang kadang membentaknya,
hingga ia dengan ketidak berdayaannya melakukan sendiri apa yang ia
inginkan , yang akhirnya terjadi malapetaka dan keributan.
“Tadi kan sudah makan, ingat bapak ini
stroke , makan dijaga, tiap malam ga tidur menyusahkan orang saja” Dina
terus saja ngedumel.
“Sudah kalau tidak ikhlas merawatku ,
biar bapak pergi saja, hu hu hu” Fendi menjawab dengan keras sambil
terisak bagai anak kecil minta perhatian.
Setiap malam tiada hari tanpa ribut
bahkan siang hari sampai kedengaran oleh tetangga, karena Fendi selalu
tidak mau menurut apa kata istrinya hingga membuat istrinya geram,
tidak jarang tangan Fendi kena cubit oleh Dina. Dan Fendi membalasnya
sambil berteriak -teriak.
Pengobatan terapi Fendi yang sering
dilakukan 1 minggu 2 kali terhenti. uang tabungannya sudah mulai
menipis, dan anak-anaknya membutuhkan biaya sekolah, juga kebutuhan
sehari-hari.
Keadaan keluarga Fendi sangat
memperihatinkan, semenjak terserang stroke, ia diberhentikan bekerja,
sementara Dina hanyalah ibu rumah tangga biasa.
Selama sakit, Fendi tidak penah merasa
kenyang selalu minta makanan, kue buah dan lain-lain, jika tidak di
turuti ia mengamuk. Dina selalu memperingatkan namun Fendi malah marah.
Ketika memasuki bulan suci Ramadan,
mereka sudah kehabisan uang, lalu Dina menjual semua barang-barang di
rumahnya, seperti kursi, TV , termasuk sekuter lama mereka.
Uang yang Dina peroleh dari hasil jual barang-barang dan sekuter, dibuat modal untuk jualan panganan berbuka puasa.
Hari pertama puasa, Dina berjualan
kolak, lauk pauk, dan sayur-sayuran matang, dagangan Dina laris habis.
hanya tersisa sedikit untuk keluarga.
“Bagaimana bu, jualannya?” tanya Fendi dengan nada lembut pada Dina.
“Alhamdulillah pak laris, ludes, tapi
ibu sudah pisahin untuk kita pak” jawab Dina sedikit heran dan hatinya
berkata. tumben bapak gak seperti biasanya.
“Syukurlah, bu, berkah ya” kata Fendi lagi.
Hari kedua dan seterusnya, dagangan Dina
laris, dan Fendi selalu menyempatkan diri pergi ke mesjid sholat
tarawih dan subuh ditemani oleh putranya.
Selama bulan puasa tidak pernah lagi
terdengar keributan, dan Fendi sudah bisa mengendalikan emosi, begitu
juga dengan Dina, walau ia sibuk berjualan ia tetap melakukan
kewajibannya sebagai ibu dan istri.
“10 hari sudah puasa, bapak tidak
kelihatan lapar seperti biasa, malah kelihatan segar dan bapak lebih
takwa” kata Dina pada Fendi.
“Alhamdullilah bu, mungkin ini adalah
hikmah dan berkah bulan puasa.., bapak sendiri juga tidak tau”, di
bulan puasa ini perasaan bapak lebih tenang. jawab Fendi.
“Benar sekali pak, ibu juga rasakan
seperti ini, rezeki kita juga mengalir begitu saja, gak habis-habis
pak, modal kita masih ada, buat ongkos anak-anak sekolah bisa. sedikit
untung bisa dinikmati”
Bu, banyak sekali hikmah atau pun
manfaat yang bisa kita dapatkan dari berpuasa di bulan Ramadhan yang
penuh berkah ini, baik untuk jasmani (kesehatan) maupun rohani kita.
Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan
puasa seperti makan, minum, berhubungan badan dan perbuatan lainnya.
Hikmahnya, meningkatkan ketaqwaan,
meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat Allah, nah marilah kita
mensyukuri nikmat Allah. Seperti apa yang tertulis pada hadist HR.
Muslim ; Rasululllah bersabda bahwa “Allah sungguh ridha pada
hamba yang memakan makanan lalu memuji-Nya atas makan itu atau meminum
minuman lalu memuji-Nya atas minuman itu”
Dan juga orang yang berpuasa itu
biasanya hatinya diliputi fikir dengan zikir. Karena bila menuruti hawa
nafsunya maka akan membuatnya lalai bahkan mengeraskan hati. Karena
itu Rasulullah SAW mengarahkan untuk meringankan makan dan minum.
Seperti diriwayatkan dalam Hadis Riwayat Majjah, Rasullulah ber sabda
bahwa “Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih
buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu suapan yang dapat
menegakkan punggungnya, jika dia tidak mampu, maka 1/3 untuk
makanannya, 1/3 untuk minumnya dan 1/3 untuk nafasnya”
Dari mana bapak tau semuanya itu pak? tanya Dina terkagum-kagum pada suaminya.
Lho gimana sih ibu ini, tiap hari,
tiap subuh bapa’ kan ke mesjid ada ceramah. Bapak juga baca dari buku
hadist bu, yang bapak beli di bazar ramadhan kemaren . coba saja ibu
baca.
“Baiklah pak, bentar lagi buka puasa ibu
mau beres-beres.’” Sahut Dina sambil berlalu, warung dagangannya di
tutup sambil menunggu bedug magrib, dan Fendi lalu mengakhiri
pembicaraan, dan ia berkata
“Demikian hikmah dan manfaat puasa apalagi
di bulan puasa Ramadhan ini terdapat 1 malam dimana lebih baik dari
seribu bulan yaitu malam Lailatul Qodar. Malam yang sangat dinantikan
umat muslim karena apabila kita melakukan ibadah atau amal kebaikan di
malam tersebut maka pahalanya lebih baik daripada kita melakukan ibadah
atau amal tersebut selama seribu bulan. itu kata pak uztad pada
kuliah subuhnya bu”
“Alhamdullillah sudah azan magrib, pak,
ayo anak-anak, mari kita berdo’a dulu” seru Dina dan do’a buka puasa
dipimpin oleh Fendi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar